Part 2

Selanjutnya kita bahas point dua yaitu tentang pilihan hidup yang sering kali salah hanya karena orientasi kita untuk mendapatkan validasi dari orang lain. Validasi (pengesahan/pengakuan) memang salah satu faktor yang bisa membakar semangat kita dalam melakukan suatu hal. Namun melakukan sesuatu hanya karena ingin mendapatkan validasi dari orang tentu bukan suatu keputusan yang bijak. Hal itu sama aja dengan memperbudak diri kita sendiri.

Sayang rasanya ketika kita melakukan sesuatu hanya karena ingin mendapatkan validasi, seolah kendali dari kita ada di orang lain, karena melakukan sesuatu bukan untuk diri apalagi hati tapi untuk validasi. Saya pernah ada di posisi kaya gini mengejar ekspektasi orang lain hanya karena ingin mendapatkan validasi darinya, alhasil hanya rasa capek yang saya dapatkan (banget capeknya), belum lagi ngabisin waktu, kadang kalo gagal down nya sampe berlarut-larut, ya karena kita terlalu memikirkan respon orang lain ketika kita gagal (yang padahal ini bukan kendali kita) Capek rasanya terus-terusan mengejar ekspektasi manusia (ibaratnya mengejar kesempuarnaan, tapi di mata orang lain wkwk).

So! buat kamu yang mungkin sekarang lagi ada di fase kaya gini, ayo luruskan niat. (Kalau dari segi agama) melakukan sesuatu niatkan karena Allah agar semunya bernilai ibadah (mendapatkan pahala). Namun jika diliahat secara rasionalnya lakukan sesuatu berdasarkan diri sendiri, berdasarkan keinginan mu, dan berdasarkan kebutuhan mu jangan berdasarkan orang lain. Karena sejatinya kamu itu manusia yang mempuanyai segala keterbatasan bukan alat pemuas yang bisa memuaskan semua orang. Maka dari itu kendalikan diri kamu, karena kuncinya ada di diri kamu. 

Berbicara tentang kendali saya jadi teringat 
tentang "dikotomi kendali", sebuah bab yang ada dalam buku filosofi teras karya Henry Manampiring, yang terdapat kutipan dari Epictetus seorang filsuf stoa Yunani kuno;
"Some things are up to us and some things are not up to us"
(Ada hal-hal di bawah kendali kita dan ada hal-hal tidak di bawah kendali kita). Kutipan yang selalu saya ingat sampai sekarang (walaupun belum lama bacanya wkwk)

Selain dari segi spiritual (yang ada di part satu kemarin), dikotomi kendali ini juga menjadi kunci ketenangan hidup. Memisahkan hal-hal yang berada di bawah kendali kita dan hal-hal yang bukan di bawah kendali kita. Salah satunya (yang saya highlight diantara yang lain) adalah tentang "opini orang lain". Tentunya bagaimana opini orang lain terhadap kita itu bukan bagian dari hal yang bisa kita kendalikan, justru sebaliknya hal yang bisa kita kendalikan yaitu interpretasi kita sendiri. Jadi stop memikirkan opini orang terhadap kita, ya karena percuma, menghabiskan energi kita sendiri, padahal belum tentu apa yang kita pikirkan tentang orang lain (overthinking) itu benar adanya. Kunci hidup tenang ada pada diri kamu sendiri, apakah kamu bisa mengendalikan pikiran mu atau sebaliknya. Maka dari itu perhatikan apa yang kamu pikirkan (kontrol) jika tidak pikiranmu sendiri yang akan membunuhmu (agak sadis ya wkwk). Intinya adalah;
"Semua yang kamu dengar adalah opini, bukan faktanya. Dan semua yang kamu lihat adalah perspektif, bukan kebenarannya"

- Marcus Aurelius


Disclaimer!
Tulisan ini tentunya masih absurd (karena bukan ditulis oleh seorang penulis), hanya manusia biasa yang menuangkan isi pikirannya ke dalam bentuk tulisan (bukan karya). Tentunya tulisan ini bersifat subjektif, tujuannya hanya sebagai self reminder saja!, bahwa yang tertuang dalam tulisan pernah menjadi pengalaman dan pernah singgah dipikiran (maklum manusia yang banyak khilafnya wkwk). 

Sampai jumpa di tulisan absurd berikutnya>>

Komentar

Postingan Populer